Opini

Doa Antar-Iman untuk Palestina di Candi Prambanan

Oleh: Prof Al Makin, Rektor UIN Sunan Kalijaga

Jakarta, KABNews.id – INI khas Indonesia, mungkin inilah sumbangan mantra kita. Bagaimana karakter yang ‘genuine’ ini bisa digarap terus.

Doa antariman bagi Palestina, demi damainya, merdekanya, dan ketukan hati para pemimpin Palestina dan Israel dirapal dari enam agama di Indonesia. Doa di dalam kompleks Candi Prambanan didaraskan secara Hindu, Islam, Katolik, Kristen, Buddhisme, dan Konghucu.

Mantra dari berbagai bahasa: Sansekerta, Arab, Indonesia, Pali, dan China. Semua ungkapan untuk perdamaian, sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan dari Prambanan. Candi Hindu, tetapi sudah menunjukkan karakter antar-imannya sejak awal dibukanya kembali Prambanan untuk upacara dan ritual Hindu.

Kerusakan hebat di Jalur Gaza setelah serangan balasan Israel. (MIDDLE EAST IMAGES/ABACA via Kompas.com)

Di pelataran Brahma, di kompleks candi Hindu tua di Jawa itu, langit terang. Lampu panggung menyinari tiga candi utama, grha Syiwa terbesar di tengah. Diapit dua grha Brahma dan Wisnu yang tampak lebih kecil, rumah Syiwa-lah sebagai candi utama, terlihat jelas.

Mulai sore itu hadirin duduk di tenda. Panggung disiapkan, yang menampilkan musik, sambutan-sambutan, dan doa bersama antariman. Para undangan menatap panggung sekaligus menikmati pemandangan temaram malam tiga candi besar itu. Pohon-pohon besar mengitari panggung.

Acara seminar tentang manuskrip Nusantara, bertujuan untuk menggali relasi tulisan-tulisan awal tentang berbagai agama, dan tentu saja Hindu tertua, berfungsi sekaligus sebagai ajang solidaritas dalam doanya.

Musik Bali digabung dengan Banyuwangi, Yogyakarta, Dayak dengan kareografi kontemporer tampil di panggung. Penampilan ini sudah menandakan perpaduan berbagai etnis Nusantara dan ruh antariman.

Palestina tidak sekadar keprihatinan nasional yang melupakan persoalan bangsa kita sendiri sejenak. Indonesia sedang punya gawe besar yang menyedot perhatian warga negara dan para calon pemimpin. Warga sedang sibuk diuji makna dan praktik demokrasi dalam bernegara dan bermasyarakat.

Indonesia selalu memasang mata dan telinga pada konflik melelahkan di Timur Tengah sebagai asal muasal agama Islam. Konflik Palestina dan Israel, serangan drone dan sniper, hancurnya gedung-gedung, korban sipil, dan kemerdekaan bangsa itu sering menjadi bahan perbincangan publik para pemimpin dan warga Indonesia.Aksi solidaritas dan berbagai pernyataan sudah banyak menghiasi media sosial dan media utama.

Palestina sering mengambil hati Indonesia. Isu Palestina bisa meyatukan pandangan dan sejenak kita tunjukkan hati yang sama dengan cara yang berbeda. Ajakan boikot produk Israel juga ramai, seperti hal-hal lainnya dalam menunjukkan sikap dan solidaritas selalu saja menuai pro dan kontra. Publik sibuk sejenak tidak hanya memberi pernyataan soal pemilihan masa depan sendiri. Media sosial beberapa hari lalu menampilkan warna semangka, hijau dan merah seperti bendera Palestina.

Prambanan tadi malam memberi warna lain, yaitu jati diri Indonesia. Om Swastiastu sebagai salam pembuka dan paramasanti Om Santi Om sebagai salam penutup sangat jelas. Seperti acara dalam umat Islam dengan qiraahnya, pembacaan ayat-ayat Baghawat Gita dalam bahasa Sansekerta diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan lagu khas yang syahdu. Dua gadis membawakannya.

Semua sambutan, dari Menteri Agama, Dirjend Hindu Kementerian, Direktur Urusan Agama Hindu, mengarah pada makna solidaritas dan perdamaian. Dari Islam tentu sudut pandang relasi kuno Yahudi dan Islam dari perpektif Kitab Suci yang menceritakan persoalan lama Yahudi dan Islam.

Doa untuk perjuangan dan kemerdekaan dalam bahasa Arab dan Indonesia. Dari Perspektif Katolik dan Kristen adalah doa perdamaian dari Bapak di Surga, Ruh Kudus, dan harapan menciptakan surga Eden di dunia. Damai dilahirkan dari para pemimpin agar dibukakan jalan di hati mereka. Dari Buddha doa untuk semua makhluk agar berbahagia. Dari Konghucu campur tangan langit, Tien, selalu mendorong perdamaian dunia.

Doa malam itu khas Indonesia, antariman dan lintas bahasa. Moderasi beragama berarti menghargai dan mendengar iman lain, bukan terpusat dari iman sendiri saja. Moderasi diukur dari bagaimana menghargai dan mendengar doa menurut iman lain. Iman lain juga berdoa dengan cara yang berbeda, walaupun tujuannya sama.

Moderasi tidak hanya mencari dalil-dalil dalam agama sendiri untuk membenarkan sikap dan tindakan berdasarkan Kitab Suci atau tradisi sendiri yang selalu diyakini kebenarannya oleh umat sendiri otomatis. Bukan sejatinya moderasi. Jika fokus moderasi selalu pada umat sendiri, ukuran dan hasil dari moderasi sulit didapatkan. Akibatnya, makna toleransi, kebangsaan, dan penghargaan terhadap budaya bisa menjadi hambar dan tak berarti.

Tanpa mengatakan kata moderasi itu sendiri, dan tanpa berbagai macam retorika, jika doa dan ibadah umat lain difahami, moderasi datang dengan cara lebih lunak, mendalam, dan penuh dengan pengertian.

Musik menutup semua upacara di candi Hindu Prambanan. Setelah berdoa untuk perdamaian, penonton terhibur alat musik Bali dan lantunan kareografi kontemporer. Doa, mantra, dan upacara antar-iman perspektif Prambanan untuk Palestina terpanjatkan. Saddhu, saddhu, saddhu.

Dikutip dari Kompas.com, Kamis 16 November 2023.

Comment here