Editor: Karyudi Sutajah Putra
Jakarta, KABNews.id – Ketua Yayasan Lembaga Kajian Strategis (Lekas) Muksin ZA mengatakan banyak pekerja seks yang mengeluh karena selama pandemi ini secara ekonomi mereka merosot dan minim pemasukan.
“Sudah ada beberapa yang kami bina dan beralih pekerjaan, jadi penjahit dan pedagang,” kata Muksin diktuip dari Tempo.co, Ahad (26/9/2021).
Tapi, katanya, pandemi atau wabah Covid-19 juga menggerus usaha mereka, sehingga akhirnya ada juga yang kembali ke pekerjaan semula. “Ya, mau gimana?” Lekas hanya bisa menerima keluhan. Karena itu kan bersentuhan dengan kebutuhan mereka,” kata Muksin.

Menurut Muksin, meski persoalan sosial dan pekerja seks, transgender dan lainnya adalah tanggung jawab pemerintah, namun selama ini pembinaan dilakukan oleh yayasan dan beberapa anggota yayasan secara swadaya. Artinya, Yayasan Lekas belum menjalin kerja sama yang signifikan dengan pemerintah untuk menanggulangi prostitusi.
“Sejauh ini (Lekas) hanya diminta mengirimkan peserta jika ada kegiatan pelatihan atau pembinaan di Dinas Sosial. Selebihnya Yayasan Lekas membina langsung para pekerja seks. Namun, kami berharap ada kerja sama yang terjalin baik dengan pemerintah, khususnya pemerintah daerah,” jelas Muksin.
Wabah Covid-19 berdampak pada perekonomian dan pendapatan pekerja seks. Meski terdampak, data dan hasil monitoring Lekas menyebut selama pandemi Covid ini juga ada penambahan pekerja seks baru di Bogor, Jawa Barat.
Mayoritas, alasannya karena ekonomi. “Tentu pandemi ini juga memberikan dampak pada pekerja seks, tapi ada juga yang baru muncul.” Pendatang baru ini rata-rata berusia produktif.
Comment here