Ekonomi

Erick Kecewa Asing Kuasai Startup, 5 BUMN Siap ‘Turun Gunung’

Editor: Karyudi Sutajah Putra

Jakarta, KABNews.id – Perusahaan pelat merah alias Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbondong-bondong mau investasi ke perusahaan rintisan atau startup Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga. Menurut dia ada lima BUMN yang menggenjot investasinya ke startup, kendati belum membeberkan secara spesifik.

Dalam pertemuan media virtual, di Jakarta, dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (5/10/2021), dia mengatakan Menteri BUMN Erick Thohir kecewa karena banyak startup yang dikuasai asing. Hal ini dikarenakan tidak ada investor lokal yang masuk untuk berinvestasi.

“Kita teriak-teriak asing-asing. Sementara satu punya potensi bisa masuk BUMN, jangan marah kalau asing kuasai startup kita, makanya BUMN harus masuk, lima BUMN ini sudah masuk venture capital (modal ventura),” ungkapnya.

Menteri BUMN Erick Thohir. (Foto: Okezone)

“Kita ini kecewa, ternyata Gojek itu dikuasai asing sekarang, Tokopedia dikuasai asing, Bukalapak juga, tidak ada investor lokal masuk,” katanya.

Menurutnya, saat ini pemerintah sedang mensolidkan bisnis supaya bisa fokus mencari startup yang punya peluang besar. Tidak hanya fintech, e-commerce, tapi ada juga startup bidang teknologi dan sebagainya.

Lebih lanjut dia mengatakan nantinya akan dilihat startup mana yang punya ciri khas untuk Indonesia dan yang dibutuhkan oleh pasar. Dia menyebut bisa saja di sektor pertanian yang memang menjadi kebutuhan yang perlu mendapat suntikan investasi.

“Bisa seperti itu, enggak hanya e-commerce, bisa juga edutech karena pendidikan punya ruang besar juga, bisa saja BUMN-BUMN ini masuk ke sana. Yang memang Indonesia bangetlah,” paparnya.

Dengan demikian, imbuhnya, startup besar bisa dimiliki oleh BUMN lewat modal ventura. Arya menyayangkan karena saat ini investor asing rajin masuk, namun BUMN tidak masuk berinvestasi.

“Asing saja masuk, berarti peluang besar. Masak kita nunggu-nunggu terus, kalau sudah besar mereka nilainya enggak ada lagi. Kalau terus ketakutan jangan harap startup dimiliki kita, ya dimiliki asing sementara konsumennya kita,” sesalnya.

Dari sisi pemilihan dia sebut harus benar-benar dipilih dengan baik. Jangan terus-terusan menunggu sampai startup untung.

“Sementara asing masuk enggak ada ketakutannya, asing emang enggak khawatir uang hilang, mereka sudah hitung secara bisnis, memang kita enggak mampu hitung secara bisnis?,” tegasnya.

“Kenapa misalnya Telkomsel masuk ke Gojek? Kenapa? Karena memang harus masuk. Asing saja masuk kok, masak kita enggak masuk?” kata Arya.

Setidaknya yang rajin berinvestasi di startup yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) lewat anak usahanya Metra Digital Innovation Pte Ltd (MDI Ventures) dan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), dan berikutnya yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) via BRI Ventures.

Lainnya yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Belum lama ini, MDI Ventures, bersama emiten teknologi penyedia solusi digital, PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL), mengumumkan untuk melakukan investasi di perusahaan rintisan khususnya yang berada di Indonesia.

Keputusan ini datang dengan ditandatanganinya kesepakatan dalam bentuk subscription agreement dengan jumlah sebesar US$ 500.000 atau setara dengan Rp 7,25 miliar (kurs Rp 14.500/US$).

Selain itu, sejak 2016, menurut CEO MDI Ventures, Donald Wihardja, MDI Ventures sudah dipercaya mengelola US$ 830 juta atau setara dengan Rp 12 triliun (kurs Rp 14.500 per US$) melalui lima funding, salah satunya bekerja sama dengan Telkomsel, juga anak usaha Telkom.

“Kami sudah berinvestasi US$ 200 juta di lebih dari 50 perusahaan. Kami telah menyelesaikan 8 exit menghasilkan US$ 30 juta dolar,” tuturnya pada webinar Nex-BE Fest Healthcare 2021 “Next Billion Ecosystem Festival” di Jakarta, Rabu (23/6/2021).

Comment here