Editor: Karyudi Sutajah Putra
Jakarta, KABNews.id – Pengamat sosial politik Rudi S Kamri mengaku prihatin dengan langkah-langkah calon presiden Prabowo Subianto yang suka menabrak fatsoen atau etika politik, bahkan menghalalkan segala cara dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
“Pemilu itu sudah ada aturannya. Semua sudah diatur, baik di konstitusi, undang-undang maupun peraturan turunannya. Bahkan soal membuat aturan, orang Indonesia itu juaranya. Namun, di atas segalanya itu ada yang namanya fatsoen atau etika. Nah, fatsoen atau etika inilah yang dilanggar, ditabrak, oleh Prabowo. Apa kita mau pilih calon pemimpin yang seperti itu?” kata Rudi S Kamri di Jakarta, Senin (21/8/2023).
Rudi yang juga pegiat media sosial ternama ini kemudian merujuk contoh langkah Partai Gerindra yang diketuai Prabowo Subianto yang menghimpun dukungan dari Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) dalam deklarasi Minggu (13/8/2023) lalu yang ia anggap sebagai langkah “mengeroyok” Ganjar Pranowo, capres dari PDI Perjuangan.

Adapun langkah Prabowo yang Rudi nilai menghalalkan segala cara adalah ketika mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI itu membajak sejumlah kader PDIP seperti Effendi Simbolon dan Budiman Sudjatmiko. Bahkan pada Jumat (18/8/2023) lalu di Semarang, Jawa Tengah, Budiman mendeklarasikan relawan Prabowo Subianto-Budiman Sudjatmiko Bersatu (Prabu) yang mendukung pencalonan mantan menantu mendiang Presiden Soeharto itu.
“Setelah mengeroyok, kemudian membajak, lalu apa lagi, apa harus menculik? Pembajakan kader ini jelas melanggar fatsoen atau etika politik. Apalagi Prabowo dekat dengan Megawati (Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang pernah maju bersama Prabowo dalam Pilpres 2009). Selain melukai PDIP, pembajakan kader itu jelas merusak tatatan internal partai,” jelas Chief Executive Officer (CEO) Kanal Anak Bangsa TV ini.
Menurut Rudi, secara regulasi atau aturan, apa yang dilakukan Golkar dan PAN mendukung Prabowo, serta pembajakan Effendi Simbolon dan Budiman Sudjatmiko oleh Prabowo tidak menyalahi aturan. “Namun di atas aturan ada yang namanya fatsoen atau etika politik. Nah, etika politik ini yang dilanggar Prabowo. Apa kita mau memilih capres yang sudah jelas-jelas suka menabrak etika?” tanya Rudi lagi.
Menurut Rudi, sejatinya pemilu itu dilaksanakan dengan penuh suka cita, kegembiraan, keceriaan dan kesantunan karena merupakan pesta demokrasi. “Sayangnya ada pihak-pihak yang berambisi untuk berkuasa. Nah, mereka yang berambisi berkuasa ini bertemu dengan mereka yang pragmatis, mau jabatan, mau uang dan sakit hati, sehingga klop sudah, kemudian menabrak semua etika,” cetusnya.
Rudi yakin, koalisi parpol-parpol yang tergabung dalam Koalisi Kebanngkitan Indonesia Raya (KKIR) yang terdiri atas Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan kini mendapat tambahan Golkar dan PAN hanya koalisi di tingkat elite, bukan di tingkat grass roots atau akar rumput, sehingga tidak akan mempengaruhi suara Ganjar Pranowo, meskipun deklarasi Prabu juga digelar di Semarang.
“Rakyat sudah cerdas, sudah pintar, pasti memilih capres yang santun dan tidak suka menabrak aturan. Apalagi dari sisi kesehatan, Prabowo sudah tidak terlalu prima lagi. Jika di luar negeri, bahkan pakai ‘teken’ (tongkat). Apa Indonesia yang besar ini, yang terdiri atas 17 ribu lebih pulau dan 38 provinsi mau dipimpin oleh calon pemimpin yang kesehatannnya seperti itu, sudah tidak fit lagi, jalan saja susah? Mau jadi apa Indonesia,” tukasnya.
Rudi kemudian membandingkan kondisi kesehatan Prabowo dengan Ganjar Pranowo yang ia nilai Gubernur Jawa Tengah itu masih sangat sehat, fit, bugar dan sering lari pagi. Apalagi usia Prabowo pada 2024 mendatang sudah 73 tahun. “Rakyat sudah cerdas, pintar memilih dan memilah, siapa yang pantas dipilih menjadi pemimpin. Apa yang sudah tidak fit lagi dan suka menabrak etika? Tentu tidak,” tegasnya.
Arek Blitar, Jawa Timur, ini kemudian mengingatkan ungkapan filsuf Romo Frans Magnis Suseno bahwa sejatinya pemilu atau pilpres adalah tidak sekadar memilih calon pemimpin terbaik, tapi juga mencegah pemimpin buruk berkuasa. “Jadi mari kita berpikir jernih dan cerdas untuk memilik sosok pemimpin seperti apa. Apa yang suka menabrak etika? Tentu tidak!” tandasnya.
Comment here