Politik

Indostrategic: Jokowi Lebih Dukung Prabowo Ketimbang Ganjar

Editor: Karyudi Sutajah Putra

Jakarta, KABNews.id – “Deklarasi empat partai ini mengindikasikan mesin politik di lingkaran Istana Presiden sedang dijalankan, sekaligus mempertegas positioning Jokowi yang mendukung Prabowo ketimbang Ganjar Pranowo,” kata Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam seperti dilansir Kompas.com, Selasa (15/8/2023).

Ya, dukungan Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) untuk bakal calon presiden (capres) dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dinilai tak lepas dari campur tangan Presiden Joko Widodo. Umam menduga, bersatunya Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Golkar, dan PAN sebagai koalisi pendukung Prabowo mempertegas dukungan Jokowi ke Menteri Pertahanan itu.

Pasalnya, kata Umam, keempat partai merupakan parpol pendukung pemerintahan Jokowi. Sejak April lalu, mencuat wacana pembentukan koalisi besar yang hendak menyatukan partai-partai pendukung pemerintah, terkecuali PDI Perjuangan, untuk mendukung pencapresan Prabowo. Kabar yang beredar, koalisi itu direstui oleh Presiden, bahkan digerakkan langsung oleh Jokowi. “Rencana bergabungnya partai-partai mendukung Prabowo sudah terbaca sejak Mei lalu, di mana muncul ide koalisi besar untuk mengepung PDIP agar mau menerima posisi cawapres mendampingi Prabowo,” ujar Umam.

Dari kiri ke kanan: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Erick Thohir dan Gibran Rakabuming Raka. (Foto: Kompas.com)

Tak hanya itu, dalam berbagai kesempatan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan pun menyatakan keputusan mereka terkait dukungan capres akan lebih dulu dikonsultasikan dengan kepala negara. “Kecil kemungkinan sikap dan keputusan politik Golkar dan PAN bergerak tanpa sepengetahuan dan restu politik Istana,” lanjutnya.

Bergabungnya Gerindra, PKB, Golkar, dan PAN dalam satu koalisi ini pun seolah mengepung PDIP. Mau tak mau, partai banteng itu hanya mendapatkan tambahan amunisi dari satu partai parlemen, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Situasi ini dinilai cukup rawan buat pencapresan Ganjar Pranowo. Sebab, jika dilihat dari perolehan suara pada Pemilu 2019, gabungan kekuatan PDIP dan PPP jauh di bawah gerbong koalisi pendukung Prabowo, juga tertinggal dari kekuatan koalisi pendukung Anies Baswedan. “Peta koalisi kini berbalik 180 derajat. PDIP yang sepuluh tahun memimpin koalisi pemerintahan, kini harus berpuas diri di posisi buncit dengan kekuatan partai pendukung Ganjar sebesar 25 persen, di bawah Koalisi Perubahan yang mengusung Anies sebesar 28 persen, dan kini gabungan 4 partai Senayan pendukung Prabowo mampu membentuk kekuatan terbesar 46 persen,” tutur Umam.

Meski sinyal dukungan Jokowi ke Prabowo kian menguat, lanjut Umam, orang nomor satu di Indonesia itu tak akan terang-terangan menunjukkan preferensi politiknya ke publik. Sebab, bagaimana pun, Jokowi masih kader PDIP, partai yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres.

Umam menduga, Jokowi akan menghindari kemungkinan untuk berhadap-hadapan langsung dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, sehingga dukungan untuk Prabowo ditunjukkan samar-samar. “Ada potensi Jokowi akan mencoba mencitrakan diri berada di tengah antara Prabowo dan Ganjar, atau bahkan mendukung Ganjar sekalipun sebagai bentuk sikap tegak lurus pada partai,” kata Umam.

“Namun, semua sel-sel politik pendukungnya akan dibiarkan atau bahkan diarahkan untuk berkumpul mendukung Prabowo Subianto,” lanjut dosen Universitas Paramadina itu.

Diberitakan, rencana pencapresan Prabowo mendapat tambahan dukungan dari dua partai politik, Golkar dan PAN. Butuh waktu lama buat kedua partai menentukan pilihan. Baik Golkar maupun PAN sebelumnya sempat berkomunikasi dengan PDIP, parpol pengusung Ganjar Pranowo. Namun, pada akhirnya, kedua partai menjatuhkan arah dukungan ke Prabowo.

“Pada tanggal yang baik ini, 13 Agustus 2023, persis satu tahun tanda tangan kerja sama politik Gerindra dan PKB. Dan satu tahun kemudian kerja sama politik ini diperkuat dua partai bersejarah, partai yang besar,” kata Prabowo di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Minggu (13/8/2023).

Di luar itu, Prabowo juga mendapat dukungan dari partai politik non-parlemen yakni Partai Bulan Bintang (PBB) pimpinan Yusril Ihza Mahendra. Sementara, rencana pencapresan Anies didukung oleh Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS.

Partai Ummat besutan Amien Rais juga mendukung mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu. Sedangkan Ganjar didukung oleh dua partai politik parlemen, yakni PDIP dan PPP, serta dua parpol non-parlemen yaitu Partai Hanura dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo).

Comment here