Politik

LSI Denny JA: Partai Islam Akan Catat Rekor Terburuk di Pemilu 2024

Editor: Karyudi Sutajah Putra

Jakarta, KABNews.id – Pemilu 2024 diprediksi akan menjadi “sandyakalaning” (masa senja) partai-partai berbasis massa Islam di Indonesia. Usai pemilu, mereka yang sudah di DPR RI akan terlempar dari Senayan, karena tidak berhasil meraih “parliament threshold” 4 persen. Bahkan partai-partai Islam diprediksi akan mencatat rekor terburuk dalam perolehan suara pada Pemilu 2024.

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mendapati fakta sampai saat ini tidak ada partai-partai Islam atau berbasis massa Islam yang menduduki tiga besar dalam elektabilitas. Survei LSI Denny JA pada Maret 2023 menemukan, mereka cuma ada di peringkat menengah dan bawah.

“Dalam Pemilu 2024, partai berbasis Islam secara keseluruhan potensial dukungannya menurun. Bahkan partai berbasis Islam potensial dukungannya paling kecil sepanjang sejarah pemilu bebas di Indonesia,” tulis LSI Denny JA dalam rilisnya, Jumat (17/3/2023).

Peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana, saat memaparkan temuan survei mereka terkait dengan mengecilnya partai berbasis Islam, Jumat (17/3/2023). (Foto: Istimewa)

LSI Denny JA menyebut partai Islam yang dimaksud didasarkan atas dua hal, yakni persepsi publik dan pendapat para ahli. Berdasarkan persepsi publik, partai Islam adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Ummat, dan Partai Gelombang Rakyat (Gelora), dengan total dukungan 38,9 persen.

Sedangkan partai nasionalis ada PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Nasdem, Partai Perindo, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Hanura, Partai Garuda, Partai Buruh dan Partai Kebangkitan Nasional (PKN).

Dari tiga partai papan atas, PDIP 22,7, Golkar 13,8 dan Gerindra 11,2 tidak ada satu pun partai Islam. Papan tengah, PKB, Demokrat, PKS, Nasdem, ada PKB 8,0 dan PKS 4,9. Sedangkan, papan bawah, Perindo, PPP, PAN, ada PPP 2,1 dan PAN 1,9 persen.

Ada pula partai Islam yang masuk partai nol koma seperti PBB 0,3, Partai Ummat 0,3 dan Gelora 0,1. Jadi, ia mengingatkan, sampai tingkat partai-partai gurem sekalipun partai-partai Islam masih kalah dari partai terbuka maupun partai nasionalis.

“Partai berbasis Islam total dukungan cuma 17,6, tapi nasionalis mencapai 61,0 persen. Dalam Pemilu 2024, kami prediksi total dukungan atas partai berbasis Islam potensial yang terkecil dalam sejarah pemilu bebas Indonesia, 1955-2019,” tegas Ade.

Peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana mengatakan, kalau ditarik sebelum kemerdekaan, partai Islam menjadi ujung tombak perlawanan melawan penjajah. Dengan penduduk mayoritas muslim, secara psikologis kelahiran partai Islam jadi keniscayaan.

Sebab, kata dia, mereka yang beragama Islam akan lebih nyaman kalau partai memiliki ideologi yang sama. Sayangnya, sejak pemilu demokratis digelar pada pada 1955 hingga 2019, sudah banyak partai-partai Islam hadir, tapi belum mendapat dukungan terlalu baik. “Sejak Pemilu (tahun) ’55, belum pernah ada satu pun partai Islam yang memenangi pemilu di Indonesia,” jelasnya.

Survei LSI Denny JA melibatkan 1.200 responden pada 4-15 Januari 2023. Dengan penentuan partai Islam atau partai nasionalis didasarkan persepsi publik terhadap pendiri partai maupun ditentukan melalui pendapat pakar.

Comment here