Oleh: Ighfirli Saputra
Jakarta, KABNews.id – Beberapa hari terakhir terjadi perubahan haluan di media sosial dalam mengkampanyekan (menyuarakan pembelaan) terhadap yang sedang terjadi di Palestina saat ini, yaitu menggunakan simbol semangka. Ketika saya kembali berselancar setelah beberapa hari sebelumnya saya detoks medsos, tiba-tiba beranda dan eksplor sudah dipenuhi oleh simbol tersebut. Bahkan yang sedang membaca tulisan ini mungkin juga turut berpartisipasi menggunakan simbol yang saya maksud.
Dari berbagai sumber, simbol potongan semangka itu diamini sebagai taktik eufemistis demi tidak dicekal dan aman berselancar mengkampanyekan solidaritas pada Palestina di berbagai platform media sosial untuk menggantikan bendera Palestina atau embel-embel lain yang berpotensi untuk dicekal.

Akhirnya, taktik tersebut semakin nyata persebarannya bahkan hingga saat tulisan ini sedang ditulis. Hal itu terjadi tentunya disebabkan oleh kematangan kognisi dan konvensi persepsi seseorang dalam memahami dan menyerap maksud dari simbol tersebut, baik serapan itu diilhami dari pemahaman secara pribadi maupun melalui penjelasan-penjelasan yang telah tersiar. Sehingga dalam posting-an yang tersebar, turut disertai dengan berbagai tafsiran dan maksud dari potongan semangka tersebut dalam kaitannya dengan Palestina. Kemudian posting-an tersebut juga memuat taktik persuasif mengapa harus melakukan hal demikian.
Hasil dari konteks sosial dan dinamika tersebut, tak jarang pula beberapa teman medsos yang saya kenali tidak hanya membagikan posting-an serupa, tetapi sampai mewujudkannya dengan mengganti foto profil dengan simbol semangka. Tentunya, bagi mereka hal itu merupakan bentuk upaya solidaritas terhadap Palestina. Semoga.
Tapi dalam tulisan ini, saya tidak akan mengulas seberapa masif tingkat efektivitas semangka sebagai simbol perlawanan bila diteraskan di media sosial untuk menangkal cekal dari salah satu platform. Tulisan ini berupaya untuk memberikan penglihatan lain yang agak berbeda mengenai simbol semangka yang sedang dikampanyekan, yang akan diawali dengan pertanyaan: mengapa yang disebar hanya sepotong semangka?
Ada apa dengan sepotong semangka atau separuh semangka tersebut? Jika menuntut dukungan sepenuhnya, tentu simbol “semangka utuh” lebih layak, bukan? Dari pertanyaan tersebut, setidaknya sekarang pikiran Anda sedang liar untuk menemukan maksud dari pertanyaan tersebut. Semoga kita sejalan.
Dalam posting-an yang tersebar, pengejawantahan dari potongan semangka umumnya adalah simbol buah yang mewakili gambaran Palestina itu sendiri. Diilhami sebagai simbol solidaritas dan perlawanan bagi yang mengkampanyekannya.
Berdasarkan beberapa penjelasan terkait potongan semangka tersebut, setidaknya penjelasan yang bersumber dari Time terbitan 20 Oktober 2023 yang sampai hari ini diterima oleh khalayak, yang kemudian penjelasannya dikemas dalam satu flyer, dijelaskan bahwa setiap warna yang tersaji dalam potongan semangka tersebut merupakan kombinasi dari bendera Palestina (merah, hitam, putih, hijau): warna buahnya yang merah, bijinya yang hitam, warna keputihan di antara buah dan kulit, serta kulitnya yang hijau.
Begitupun berdasarkan konteks historis, dijelaskan bahwa simbol potongan semangka digunakan pertama kali pada 1967 ketika Israel mendapatkan glorifikasi pada Perang Enam Hari, yang dengan glorifkasi tersebut melarang Palestina untuk mengibarkan bendera mereka. Dengan adanya pelarangan tersebut, inisiatif pun muncul untuk menggunakan simbol potongan semangka sebagai simbol perlawanan alternatif untuk menggantikan bendera, sebagaimana hal serupa yang sekarang sedang digencarkan di media sosial.
Kemudian selain penjelasan tersebut, dalam flyer juga dijelaskan bahwa buah-buah tersebut banyak tumbuh di kawasan Palestina. Sehingga mengindikasikan bahwa buah tersebut sangat karib dengan keseharian masyarakat di Palestina. Berdasarkan penjelasan dari flyer yang tersebar, saya pribadi setuju dengan apa yang dijelaskan mengenai potongan semangka dan kaitannya dengan Palestina, serta fungsinya sebagai wujud perlawanan dari cekalan. Terlebih jika melihat pada aspek historis terdahulu semula simbol tersebut digencarkan.
Namun, setelah mengamati setiap penjelasan, saya memiliki persepsi lain dengan simbol-simbol tersebut berdasarkan konteks saat ini. Persepsi lain yang dimaksud tidaklah bertujuan untuk mengesampingkan apalagi menegasikan penjelasan-penjelasan yang selama ini telah dijelaskan. Namun dalam hemat saya, adanya pesan yang sangat mendalam dari wujud potongan semangka tersebut, dan terlalu ringan agaknya jika yang dipahami hanya sekadar karena kombinasi buahnya itu mirip dengan bendera Palestina.
Kombinasi warna merah, hitam, putih, dan hijau dalam hemat saya adalah barometer sederhana bila hanya dipahami sebagai warna bendera dari Palestina. Sebab bila berkaca dari kawasan Timur Tengah, beberapa negara pun juga menggunakan kombinasi empat warna yang sama sebagai corak dari bendera mereka; sebut saja Yordania, Irak, Kuwait, Sudan, Uni Emirat Arab, Suriah, dan Libya –meskipun tidak secara keseluruhan menggunakan empat warna tersebut, seperti Mesir, Yaman, Iran, Arab Saudi, dan Lebanon.
Begitupun dengan pertumbuhan buah semangka dalam konteks Timur Tengah, tidak hanya tumbuh berbuah di Palestina saja, melainkan semangka juga tumbuh di beberapa kawasan Timur Tengah. Jadi, terkesan alami dan natural jika hanya melihat simbol sepotong semangka berdasarkan penjelasan-penjelasan dari flyer yang tersiar.
Sehingga dari simbol “sepotong” semangka tersebut bukan hanya sekadar menggambarkan bendera Palestina ataupun konteks ekologisnya, melainkan dalam hemat saya justru menyiratkan pesan akan kesatuan bangsa-bangsa Timur Tengah, bahwa persatuan Timur Tengah saat ini sedang terbelah, terpotong, dan terkotak-kotak, sebagaimana potongan semangka itu telah terpisah dengan belahan-belahan potongan lainnya. Tercermin dari beberapa bendera dari negara-negara Timur Tengah yang memiliki kombinasi yang serupa, namun terpisah oleh batas-batas wilayah dan belum menampakkan kesatuan Arab yang utuh.
Warna merah sendiri atau tetesan berwarna merah yang menetes dari buah tersebut menyiratkan akan daging dan darah dari proses pemotongan ataupun pemisahan. Sehingga lebih relevan jika simbol sepotong semangka mengindikasikan suatu bagian yang sedang terpisah dari bagian potongan lainnya. Dan, potongan tersebut seolah memberikan pesan pada kita bahwa potongan tersebut dahulunya pernah utuh bergandengan dengan potongan-potongan lainnya sehingga membentuk kesatuan buah semangka utuh berwarna hijau.
Warna hijau tersebut, untuk saat ini saya teringat pada Organisasi Liga Arab. Jadi, kampanye simbol sepotong semangka tersebut untuk konteks saat ini tidak hanya menunjukkan rasa solidaritas pada Palestina, juga menyiratkan dan memberikan pesan pada kita akan perpecahan dan ketidakutuhan persatuan bangsa-bangsa Arab.
Ighfirli Saputra, mahasiswa Magister Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, anggota Komunitas Lisaniya Adabiya.
Dikutip dari detik.com, Jumat 17 November 2023.
Comment here