Editor: Karyudi Sutajah Putra
Jakarta, KABNews.id – Zulkifli Hasan, Hatta Rajasa dan Soetrisno Bachir berembuk. Malam itu, tiga politikus senior membahas tawaran yang menghampiri Partai Amanat Nasional (PAN). Datangnya dari Presiden Joko Widodo. Itu Desember 2020, di saat Presiden Joko Widodo mempersiapkan reshuffle Kabinet Indonesia Maju.
Komunikasi antara Jokowi dan Zulkifli Hasan sebenarnya sudah terjalin cukup lama. Jokowi memiliki kedekatan dengan Zulkifli Hasan, sejak sang Ketum PAN itu masih menjabat Ketua MPR RI.
Sumber merdeka.com, dikutip Senin (6/9.2021), di DPP PAN menceritakan, keduanya juga saling membutuhkan. Dia bercerita soal dukungan Istana di balik kemenangan Zulkifli Hasan saat Kongres V PAN di Kendari, Sulawesi Tenggara, awal 2020.
Saat itu, Zulkifli Hasan berhadapan dengan Mulfachri Harahap, calon yang dibekingi Amien Rais. Kubu Amien Rais kalah. Zulkifli menang lewat mekanisme voting. Setelah menang, Zulkifli Hasan, Hatta Rajasa dan Soetrisno Bachir kembali menghubungi Istana. Berencana memboyong dan memperkenalkan pengurus PAN baru ke Jokowi. Beberapa bulan kemudian, Amien Rais dan anaknya, Hanafi Rais keluar dari PAN.

Komunikasi antara Jokowi dan Zulkifli berbuah kesepakatan. PAN bersedia membantu pemerintah. Ajakan koalisi dengan jatah satu kursi menteri disiapkan untuk PAN. Kesepakatan diambil meski tanpa restu Amien Rais, pendiri sekaligus sosok yang identik dengan PAN.
Petinggi PAN yang mengetahui pertemuan tiga tokoh seniornya itu menceritakan, Presiden Jokowi menginginkan Zulkifli Hasan mengambil jatah menteri yang ditawarkan.
Dua pos kementerian disodorkan. Pertama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Kedua, Menteri Perhubungan. Dilihat dari jejak dalam kabinet, PAN pernah memplot kadernya di jabatan Menteri Perhubungan. Sementara Menko PMK biasanya diisi perwakilan Muhammadiyah yang menjadi basis massa PAN.
Zulkifli menolak. Alasannya ingin fokus mengurus partai. Pemain pengganti disiapkan. Nama Ketua Dewan Kehormatan PAN Soetrisno Bachir jadi pilihan. Istana tampaknya pikir-pikir dengan usulan nama dari PAN. Pembahasan soal jatah menteri PAN tanpa titik temu. Sebab PAN menginginkan pos kementerian yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
“Presiden maunya Bang Zul langsung yang jadi menteri. Kesepakatan kami di internal PAN itu kita dorong Mas Tris (Soetrisno). Itu sebenarnya waktu reshuffle yang dulu,” kata sumber ini.
Soetrisno Bachir belum berhasil dikonfirmasi. Zulkifli Hasan juga membantah pernah membahas portofolio menteri dengan Presiden Jokowi. Namun, dia menyebut PAN siap ditempatkan di posisi mana pun.
Jokowi membutuhkan PAN untuk mendukung berbagai kebijakan pemerintah selama pandemi Covid-19. PAN juga dibutuhkan untuk menggandeng suara dari kalangan Muhammadiyah.
“Karena memang ada kedekatan pribadi. Apalagi PAN ‘kan perlu menggarap konstituen-konstituen Muhammadiyah yang di luar Pak Amien maupun konstituen non-Muhammadiyah,” ujar sumber ini.
Meski sudah ada kesepahaman antara Zulkifli dan Presiden Jokowi, namun lobi politik tak berhenti. PAN mengutus politikus senior yang memiliki akses ke orang dekat Jokowi. Para penghubung itu adalah Asman Abnur, Soetrisno Bachir, Totok Daryanto, Viva Yoga Mauladi dan Eddy Soeparno. Orang-orang ini kerap berkomunikasi dengan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Kabarnya, nama-nama itu juga masuk daftar calon menteri dari PAN, ketika partai berlambang matahari itu kembali masuk untuk kedua kalinya ke koalisi pemerintah nantinya. PAN setidaknya menyiapkan sembilan nama kader untuk menjadi menteri, jika sewaktu-waktu diminta oleh Jokowi.
Comment here