Editor: Karyudi Sutajah Putra
Jakarta, KABNews.id – Kerusuhan antar-suporter yang terjadi di Semarang, Jawa Tengah, dalam pertandingan antara PSIS Semarang versus Persib Bandung beberapa hari lalu sangat memprihatinkan. Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) menilai hal ini menunjukkan kurangnya perhatian stakeholders (pemangku kepentingan) sepakbola nasional dalam memperbaiki kualitas suporter di Tanah Air.
Ketua umum PSTI Ignatius Indro mengatakan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) justru sibuk pencitraan sehingga terlihat tidak menganggap suporter adalah bagian penting, dan perbaikan kualitas suporter pun terabaikan.
“Kerusuhan suporter di Semarang menunjukkan tidak berjalannya edukasi suporter hingga ke akar rumput karena suporter tidak dianggap menjadi bagian penting dari sepakbola, dan akan selalu disalahkan jika ada kejadian seperti ini. Yang kami lihat presidium suporter yang dibentuk PSSI hanya sekadar membuat rilis puja-puji kepada PSSI,” kata Indro kepada KABNews.id, Rabu (23/8/2023).

Indro menilai PSSI lebih sibuk melakukan pencitraan untuk kepentingan tertentu dan tidak membangun fondasi yang kuat untuk sepakbola, khususnya suporter.
“Pencitraan PSSI dibangun dengan meminta lembaga survei melakukan sigi kepuasan publik terhadap PSSI dan melakukan glorifikasi terhadap hasil survei tersebut. Padahal transformasi sepakbola pasca-Tragedi Kanjuruhan tidak terlihat berjalan. Jadi sangat wajar di berbagai pertandingan banyak spanduk-spanduk kekecewaan suporter terhadap PSSI,” jelas Indro.
Bendahara Umum PSTI Brian Matthew kemudian mendesak Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo segera mengeluarkan aturan turunan dari Undang-Undang (UU) No 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan yang di dalamnya juga membahas tentang suporter agar bisa memaksa “stakeholders” sepakbola nasional melakukan edukasi kepada suporter.
“Menpora harus segera mengeluarkan aturan turunan dari UU Keolahragaan baik dalan bentuk Keputusan Menteri atau produk lain agar bisa memaksa stakeholders melakukan edukasi hingga ke akar rumput. Termasuk perusahaan-perusahaan yang selama ini mengambil keuntungan dari sepakbola Indonesia. Ini sudah mendesak,” tegas Brian.
“Dengan adanya aturan turunan itu tentu pemerintah bisa melibatkan banyak pihak untuk mengedukasi suporter, misalnya akademisi yang bisa diajak ‘urun rembug’ (sumbang saran) tentang edukasi seperti apa yang bisa dilakukan agar kejadian seperti di Semarang (kerusuhan suporter) tidak terulang lagi. Apalagi sebentar lagi kita mengadakan even besar seperti Piala Dunia U-17,” tandasnya.
Comment here