Kabnews.id – Ekonomi mengungkap tantangan Indonesia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih unggul dibanding rata-rata negara ASEAN, mencapai angka tersebut bukanlah perkara mudah, demikian disampaikan para ekonom.
Menurut Pranjul Bhandari, Chief India and Indonesia Economist, HSBC Global Research, target 8 persen merupakan tantangan besar. Ia menekankan bahwa sekadar kebijakan fiskal dan stimulus moneter tak cukup. Reformasi struktural, terutama peningkatan rantai nilai manufaktur dan hilirisasi, menjadi kunci. "Indonesia sudah berhasil meningkatkan nilai tambah produk logam, tapi perlu naik ke level yang lebih tinggi, seperti baterai kendaraan listrik dan berbagai barang konsumen," jelasnya dalam Media Briefing HSBC di Jakarta. Ia menambahkan, diversifikasi dan peningkatan rantai nilai manufaktur sangat krusial untuk mendekati target tersebut.
Sementara itu, James Cheo, Chief Investment Officer, Southeast Asia and ASEAN for Private Banking and Wealth Management HSBC, memprediksi pertumbuhan ekonomi ASEAN-6 (enam negara ASEAN terbesar) mencapai 4,8 persen di tahun 2025, lebih tinggi dari rata-rata ASEAN (4,4 persen). Pertumbuhan ini didorong konsumsi dan investasi domestik. HSBC juga menilai hal ini dapat mengurangi risiko penurunan ekspor di tengah ketidakpastian perdagangan global. Negara-negara ASEAN yang terhubung dengan ekspor teknologi AI diprediksi akan menikmati pertumbuhan teknologi global. "Ekonomi ASEAN tetap diuntungkan dari pergeseran arus perdagangan dan reorientasi rantai pasokan," tambah James. Singkatnya, mencapai target 8 persen membutuhkan kerja keras dan strategi yang tepat, bukan sekadar mimpi belaka.