Kabnews.id – Ekonomi melaporkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan drastis pada penutupan sesi pertama perdagangan Kamis (6/2/2025). IHSG ambles hingga 1,96% (137,36 poin) dan menutup sesi di angka 6.886. Pergerakan ini memicu pertanyaan di kalangan investor mengenai penyebab penurunan yang signifikan tersebut.
Volume perdagangan tercatat cukup tinggi, mencapai 9,31 miliar saham dengan nilai transaksi Rp6,43 triliun yang melibatkan 832.688 kali transaksi. Dari total saham yang diperdagangkan, 403 saham mengalami penurunan harga, 207 saham naik, dan 172 saham stagnan.
![IHSG Ambruk Tajam, Investor Panik?](https://infobanknews.com/wp-content/uploads/2016/11/Bursa-Indeks-ED30-juli-15-470x260-2.jpg)
Sektor-sektor unggulan pun ikut terdampak. Sektor bahan baku memimpin penurunan dengan koreksi 1,97%, diikuti sektor keuangan (1,84%), industri (1,64%), infrastruktur (1,46%), properti (1,33%), energi (1,20%), teknologi dan transportasi (1,05%), serta sektor non siklikal (0,37%). Hanya sektor kesehatan yang menunjukkan kinerja positif dengan kenaikan 0,66%, dan sektor siklikal naik tipis 0,05%.
Di tengah penurunan IHSG, beberapa saham justru mencatatkan kenaikan signifikan. PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) memimpin dengan kenaikan 33,80% ke harga Rp95, disusul PT Artha Mahiya Investama Tbk (AIMS) naik 24,60% ke Rp466, dan PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT) naik 23,42% ke Rp585.
Sebaliknya, beberapa saham besar mengalami penurunan tajam. PT Nusantara Almazia Tbk (NZIA) menjadi top losers dengan penurunan 12,50% ke Rp70, diikuti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turun 7,24% ke Rp5.125, dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) turun 4,93% ke Rp8.200. Ketiga saham ini juga termasuk dalam daftar saham yang paling aktif diperdagangkan pada sesi pertama, bersama PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Era Digital Media Tbk (AWAN). Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami penyebab fluktuasi harga saham yang signifikan ini.