Kabnews.id – Ekonomi memberitakan kebakaran hebat di Los Angeles, California, telah menimbulkan kerugian fantastis bagi industri asuransi. Perkiraan kerugian yang diasuransikan di kawasan Pacific Palisades saja mencapai US$10 miliar atau setara Rp163 triliun. Angka ini membuat industri asuransi kalang kabut di awal tahun.
"Kami semua mengira 2025 akan menjadi tahun kebangkitan perusahaan asuransi, namun bencana ini menghantam kami di awal tahun," ungkap Amy Bach, direktur eksekutif United Policyholders, sebuah kelompok konsumen nirlaba di California, seperti dikutip kabnews.id dari sumber terpercaya.
Kebakaran yang terjadi pada 7 Januari 2025 siang waktu setempat, akibat angin kencang yang tak terkendali, telah menghanguskan lebih dari 11.800 hektar lahan dan 1.000 bangunan di wilayah Palisades. Kawasan ini dikenal sebagai permukiman elit dengan harga rumah rata-rata di atas USD3 juta (Rp48 miliar), dan hampir semua pemilik rumah memiliki asuransi properti.
Dengan tingginya jumlah klaim asuransi yang diperkirakan membanjiri perusahaan, kekhawatiran muncul bukan hanya soal kemampuan perusahaan membayar klaim, tetapi juga kecepatan proses klaim. Bach menambahkan, "Bagi masyarakat yang kehilangan rumah, akan terjadi perebutan cakupan asuransi."
Kebakaran Palisades, menurut laporan AccuWeather, tercatat sebagai kebakaran hutan paling merusak dalam sejarah AS. Kejadian unik berupa bola api yang terlihat di langit menambah keprihatinan warga. Bencana ini memperparah krisis asuransi rumah tangga di California. Meningkatnya risiko bencana iklim telah memaksa perusahaan asuransi besar seperti State Farm dan Allstate membatalkan ribuan polis di wilayah berisiko tinggi, termasuk Pacific Palisades.
Akibatnya, lebih dari 1.400 rumah di kawasan tersebut kini mengandalkan FAIR Plan, program darurat yang menyediakan perlindungan dasar ketika asuransi tradisional tak tersedia. Namun, biaya FAIR Plan sangat tinggi, mencapai rata-rata USD3.200 per tahun, lebih dari dua kali lipat premi asuransi biasa di California. Jumlah rumah yang bergantung pada FAIR Plan meningkat drastis, dari sekitar 1 dari 7 rumah sebelum bencana menjadi jauh lebih banyak. Situasi ini menunjukkan betapa rapuhnya industri asuransi menghadapi dampak perubahan iklim.
