Kabnews.id – Ekonomi memberitakan bahwa PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) membutuhkan suntikan dana segar hingga Rp 3,6 triliun untuk menambah armada kereta. Jumlah tersebut merupakan pinjaman dari konsorsium perbankan untuk membiayai impor dan renovasi kereta rel listrik (KRL).
Direktur Utama KAI Commuter, Asdo Artriviyanto, menjelaskan bahwa Rp 2,8 triliun dari total pinjaman dialokasikan khusus untuk impor 11 rangkaian kereta baru dari produsen asal Tiongkok, CRRC Qingdao Sifang Co., Ltd. "Untuk mendanai impor ini dibutuhkan Rp 2,8 triliun," ungkap Asdo saat ditemui di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat.
Lebih lanjut, Asdo memaparkan total investasi KCI untuk peremajaan armada mencapai Rp 9,1 triliun. Dana tersebut berasal dari dua sumber: Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar 60% atau Rp 5,46 triliun, dan sisanya 40% atau Rp 3,64 triliun dari pinjaman perbankan. Investasi ini tidak hanya untuk impor kereta dari CRRC, tetapi juga untuk pembelian 35 rangkaian kereta baru dari PT INKA (Persero) dan renovasi kereta yang sudah ada. "PMN Rp 5,3 triliun dari pemerintah akan digunakan untuk pembayaran kepada INKA, ditambah bagian pinjaman KCI untuk melengkapi pembayaran kepada INKA," jelasnya.
KCI menargetkan kedatangan 11 rangkaian kereta impor dari CRRC secara bertahap sepanjang semester pertama 2025. Pengiriman dimulai awal tahun ini dengan satu rangkaian kereta, kemudian dua rangkaian setiap bulannya hingga Juni 2025. "Sesuai jadwal, pengiriman akan selesai Juni nanti. Jadi, awal tahun satu rangkaian, lalu dua rangkaian setiap bulan hingga total 11 rangkaian," tambah Asdo.
Kebutuhan tambahan armada ini, menurut Asdo, didorong oleh peningkatan jumlah penumpang KRL Jabodetabek yang terus meningkat, sementara kapasitas angkut kereta yang ada sudah mulai terbatas. "Ini untuk menjawab kebutuhan pelanggan kita. Kita mengejar manufaktur yang bisa cepat mengirimkan karena kapasitas angkut sudah kritis sejak semester II 2024 dan diperkirakan berlanjut hingga semester II 2025," pungkas Asdo.