Kabnews.id – Ekonomi mencatat sebuah kasus menarik. Dana hasil penawaran umum perdana (IPO) PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO), perusahaan pengembang properti komersial, senilai ratusan miliar rupiah, ternyata masih mengendap selama lima tahun. Fakta ini membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) turun tangan untuk menyelidiki lebih lanjut.
Lima tahun setelah IPO pada 18 Januari 2019, NATO baru menyerap sebagian kecil dari dana IPO neto sebesar Rp200 miliar (Rp206 miliar gross). Hingga semester I 2024, baru Rp71,76 miliar yang terpakai, meninggalkan saldo mengendap sebesar Rp128,23 miliar.
Direktur Utama NATO, Gede Putu Adnawa, dalam suratnya kepada BEI yang dikeluarkan di Bali pada 6 Januari lalu, menjelaskan bahwa dana tersebut masih disimpan dalam rekening giro di PT Bank CIMB Niaga Tbk. Ia menegaskan bahwa dana tersebut masih diperuntukkan bagi pembangunan resor di Selayar, Pulau Rote, dan Kalimantan Utara, sesuai rencana awal.
Namun, Adnawa mengakui adanya kendala eksternal, terutama dampak pandemi Covid-19, yang memperlambat proyek tersebut. Ia menyebutkan penurunan jumlah wisatawan dan penerbangan ke wilayah-wilayah tersebut, serta melemahnya daya beli masyarakat, sebagai faktor penghambat.
Dari dana yang telah terserap, Rp40 miliar dialokasikan untuk PT Mitra Graha Tangguhperkasa guna pembelian tanah, pembangunan, dan inventaris. Selanjutnya, Rp11,76 miliar dipinjamkan kepada PT Roku Bali Internasional Indonesia untuk renovasi dan peralatan, dan Rp20 miliar digunakan untuk melunasi utang bank PT Mimpi Design. Adnawa memastikan penggunaan dana tersebut sesuai dengan prospektus IPO. Namun, pertanyaan besar tetap menggantung: kapan sisa dana IPO ratusan miliar itu akan terserap dan proyek-proyek tersebut akan berjalan sesuai rencana? BEI tampaknya akan terus mengawasi perkembangan ini.